Minyak kalah dalam pertempuran

"Emas hitam" melemah akibat kegagalan diplomasi Trump

#XTIUSD

Zona kunci: 62.00 - 64.00

Buy: 64.50 (pada fundamental positif yang kuat); target 66.50-67.50; StopLoss 63.80

Sell: 61.50 (setelah pengujian ulang di 63,50); target 59.00; StopLoss 62.30

Brent, setelah naik 1,1% pada sesi sebelumnya, turun mendekati level $66 per barel; WTI bergerak di kisaran $63. Tekanan pada harga berasal dari perkiraan surplus pasokan yang diantisipasi oleh kelompok analis utama serta berakhirnya musim panas dengan permintaan bahan bakar yang tinggi.

Harga minyak turun karena para trader menimbang prospek gencatan senjata di Ukraina. Trump mendesak diadakannya KTT AS-Rusia setelah diskusi tingkat tinggi. Meski ada upaya diplomasi, serangan dari kedua belah pihak masih berlanjut. Pada hari Senin, pipa Druzhba dihentikan, dan pasokan minyak ke beberapa negara Eropa Tengah ditangguhkan.

Setiap penghentian pertempuran bisa menyebabkan peningkatan ekspor minyak mentah dari Rusia.

Namun, harga minyak berada di zona negatif lebih dari 10%, terutama karena kekhawatiran terhadap dampak kebijakan perdagangan AS dan potensi kelebihan pasokan di tengah kembalinya volume produksi OPEC+.

Investor mengamati dengan cermat perkembangan dinamika penerapan sanksi terhadap pasokan minyak. Trump baru-baru ini memperketat sanksi ekonomi terhadap India karena membeli minyak Rusia, tetapi memberi kelonggaran pada Tiongkok dan untuk saat ini menolak sanksi sekunder.

India berperan sebagai pusat kliring global untuk minyak Rusia: mengolah minyak mentah yang dikenakan embargo menjadi produk ekspor berkualitas tinggi, sambil sekaligus menyediakan dolar yang dibutuhkan Moskow.

Penasihat perdagangan Trump, Peter Navarro, mendesak India untuk menghentikan pembelian minyak mentah Rusia agar AS memperlakukannya sebagai mitra strategis. Tarif kumulatif India (50%) adalah salah satu yang tertinggi di antara mitra dagang Washington.

Pihak yang diuntungkan dari tekanan ini terhadap India, tentu saja, adalah Tiongkok. Jika AS memperketat kontrol terhadap pembelian India, kilang Tiongkok akan diuntungkan.

Jika AS menuntut kepatuhan penuh segera terhadap sanksi, harga minyak global bisa naik ke zona $80 atau lebih tinggi, dan Trump tidak akan bisa menoleransinya lama. Ia harus memperkenalkan sistem perjanjian terpisah agar pasar bisa beradaptasi. Situasi serupa sudah terjadi pada 2018, ketika lonjakan tajam harga akibat sanksi terhadap Iran memaksa Trump melakukan kebijakan balik, yang kini disebut TACO.

Saat ini OPEC kecil kemungkinan memberi kesempatan itu kepada Donald, tetapi potensi gejolak pasar masih ada. Namun peluang untuk pembalikan tren naik yang mantap sangat minim.

Jadi kita bertindak bijak dan menghindari risiko yang tidak perlu.

Profit untuk semua!